Konsep
· health for all (sehat untuk semua)
· back to nature (kembali ke alam).
Sehat
dan sakit adalah dua bagian kehidupan manusia yang saling bertentangan
serta tidak bisa kita hindari, karena keduanya memang merupakan bagian
dari sunnatullah yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.
Allah menyatakan, "Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar
kamu menyadari kebesaran Allah
( Surah Al-Dzariyat ayat 49).
A. Konsep Hidup Sehat
Sehat
(Arab"Al-shihah”), dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga menyangkut
psikis (jiwa).
Karena itulah mengapa Islam memperkenalkan konsepsi al-Shihhah wa al-afiyat (lazim diucapkan sehat wal'afiat).
B.
Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana seseorang
mengalami kesehatan yang paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan
psikis. Jika makna sehat seluruhnya berhubungan dengan masalah
fisik-ragawi, maka makna al-afiat ialah segala bentuk perlindungan Allah
SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya. Atau, menurut istilah
Quraish Shihab ialah berfungsi bagi seluruh anggota tubuh manusia sesuai
dengan tujuan pencipta-Nya.
C. Penerapan Pola Hidup Sehat
Untuk
mengetahui lebih jauh bagaimana cara menerapkan pola hidup sehat itu di
dalam kehidupan kita masing-masing, berikut ini dapat kita ikuti
beberapa terapi yang diajarkan oleh Islam kepada umat manusia:
Pertama,
senantiasa memelihara kebersihan dzahir dan bathin. Kebersihan adalah
pangkal kesehatan, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: Al-nadhafatu min
al-iman (kebersihan itu sebagian dari iman). Yang paling esensial dari
kebersihan diri itu adalah kebersihan hati, jiwa (qalb), dan pikiran
(aql). Dalam berbagai kenyataan, kita sering menemukan ada saja di
antara orang yang mudah berburuk sangka (su'udzan) atau suka curiga
kepada orang lain. Bahkan ada yang sampai berburuk sangka kepada Allah,
Na'udzu bi Allah min dzalik.
Dari lubuk hati yang bersih serta akal
yang sehat, seseorang akan memperoleh kesehatan yang sempurna. Bukankah
banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan disebabkan oleh faktor
tidak sehatnya kedua hal tersebut? Maka, tidak mengherankan jika para
dokter menyarankan setiap pasiennya yang mengalami stres (ketegangan)
untuk hidup secara teratur, mengurangi, bahkan tidak membebani diri
dengan pikiran dan perasaan yang berat-berat.
Saran seperti itu,
sebenarnya telah kita kenal sejak lama melalui konsepsi, al-'aql
al-salim fi al-jism al-salim (akal yang sehat akan membuahkan jiwa yang
sehat pula).
Di dalam banyak ayat Alquran, Allah mengisyaratkan
betapa urgensnya kita memelihara kebersihan hati dan jiwa itu. Misal,
firman-Nya, ”Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia
akan memberi petunjuk hatinya” ( TQS Al-Tagabun 64:11). Hati yang tidak
bersih akan sulit sekali untuk menerima petunjuk-petunjuk Allah, dan itu
merupakan penyakit yang amat berbahaya.
Untuk menjaga kebersihan
hati sekaligus menghindarkan dari hal seperti itu, maka Allah mengajari
kita selalu bermohon kepada-Nya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau,
karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi Karunia (TQS Ali 'Imran
ayat 8).
Ke-dua, hendaknya kita mencari nafkah yang halal dan
thayyib, kemudian mengonsumsinya pula secara yang halal dan baik. Nafkah
yang halal bukanlah sesuatu yang semata-mata berhubungan dengan hasil
jerih payah pekerjaan seseorang, melainkan juga berhubungan dari mana
sumber dan dari mana kita memperolehnya. Sebab dalam banyak kenyataan,
seringkali ada di antara kita berpikir "yang penting uang” tidak
terpikirkan bagaimana dan apa akibat spiritualnya pernyataan seperti
itu.
Mengenai petunjuk kehalalan dan kebaikan sesuatu yang hendak
kita konsumsi itu, antara lain Allah mengisyaratkan bahwa: “Wahai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa saja yang
terdapat di bumi, dan janganlah kita mengikuti langkah-langkah setan,
karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (TQS
Al-Baqarah ayat 68). Sebagai contoh, daging yang baik untuk dikonsumsi
antara lain dilihat dan ditentukan pula dari bagaimana proses
penyembelihannya, apakah sesuai dengan ajaran Allah atau tidak (Alquran
Surah Al-Maidah ayat 5).
Ketiga, memohon perlindungan dan
kesehatan kepada Allah atas apa yang kita konsumsi. Setiap kali memulai
kegiatan makan atau minum secara proporsional "makan dan minumlah, dan
janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan", demikian peringatan dari Allah swt. Kemudian, dahuluilah
dengan permohonan kepada Allah, semoga apa yang hendak kita konsumsi
itu, dijauhkan dari berbagai macam penyakit melainkan sebaliknya akan
mendatangkan kesegaran dan kebugaran tubuh. Sebab pada dasarnya makan
serta minum itu, bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan mengganti sel-sel
yang diperlukan oleh setiap organ tubuh.
Hakikat rezeki yang kita
peroleh dan konsumsi itu dari Allah juga. Karenanya, pedoman dalam
menciptakan pola konsumsi itu, misalnya Allah menyatakan harus
proporsional (Alquran surah Al-A'raf ayat 31). Demikian pula Nabi
Muhammad saw. memberi isyarat dan contoh untuk itu, misalnya, Makanlah
pada saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang.
Memang pola konsumsi
masyarakat kita selama ini masih pada taraf makan untuk sekadar kenyang
bukan untuk kesehatan. Kita makan tidak beraturan waktunya, dan
lain-lain. Padahal kalau kita telusuri soal ini, maka dalam salah satu
hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Muslim dinyatakan, "Perut itu adalah
tempatnya bersarang penyakit dan pengaturan makanan adalah obat utama.
Maka, pantaslah jika kemudian beliau sering kali melaksanakan ibadah
puasa sunah, yang selanjutnya perlu kita teladani, terutama setiap hari
Senin dan Kamis.
Keempat, memelihara keteraturan hidup.
Seringkali ada orang yang mudah terkena penyakit, karena penyebabnya ia
tidak memiliki disiplin diri terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja
dan berolahraga. Umumnya masyarakat kita masih lebih mengutamakan
tampilan lahiriah daripada pemenuhan gizi makanan dan kalau sudah sibuk
bekerja sampai lupa jadwal makan.
Akibatnya lambung dan usus
terganggu, maag, kekurangan gizi, dan sebagainya. Nanti memeriksakan
kesehatannya pada waktu sakit. Padahal Islam menerapkan suatu perinsip
al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari mengobati).
Kelima,
perbanyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran yang segar, serta sering
meminum madu. Buah-buahan sering diibaratkan Allah SWT dengan "makanan
surga". Mengapa? Dalam ayat ditemukan misalnya Allah menyatakan, "Dan
Kami jadikan kepadanya kebun-kebun kurma dan anggur dan pancarkan
padanya beberapa mata air, supaya mereka makan dari buahnya, dan dari
apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak
bersyukur (TQS Yaasin ayat 1-3).
Bahkan di dalam Al-Duhhan/44:55,
Allah ta'ala berfirman, "Di dalamnya mereka meminta segala macam
buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)."
Adapun madu,
Allah menyatakan pula secara eksplisit bahwa madu itu adalah syifa
(obat). Firman-Nya: “Kemudian makanlah dari (tiap-tiap macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).
Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada apa yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang yang mau memikirkan. (TQS An-Nahl ayat 69).
Keenam,
hendaknya kita sering membaca dan mengikuti ajaran Alquran. Membaca
Alquran adalah bagian dari zikir kepada Allah, sedangkan zikir
mendatangkan ketenangan jiwa. "Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa
akan memperoleh ketenangan." (Alquran surah Al-Ra'd ayat 28, Alquran
Surah Yunus ayat 57).
Namun dalam banyak hal, terkadang manusia baru
menjadikan Alquran sebagai barang antik sehingga jarang disentuh apalagi
untuk ditelaah isinya. Padahal kalam Allah itu adalah hudan (petunjuk)
bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Salah satu fungsinya, Alquran
sebagai obat yang mujarab untuk mengobati penyakit, terutama kejiwaan
seseorang yang dilanda rasa gundah gulana.
Kiranya dapat kita pahami
bahwa secara umum Allah swt telah menyatakan bahwa semua penyakit ada
obatnya. Seperti tersurat melalui pernyataan Nabi Ibrahim as. Bahwa,
"Apabila aku (Ibrahim as) sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" (TQS
As-Syu'ara ayat 80).
Demikian halnya dengan penjelasan Rasulullah
saw. bahwa, "Berobatlah, karena tiadalah suatu penyakit yang diturunkan
Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya selain satu penyakit,
yaitu ketuaan".
C. Tentang Semboyan “Dalam Tubuh yang Sehat
tedapat Jiwa yang Sehat” Mensana incorpore sano; Di dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang. Semboyan ini sangat terkenal, sehingga banyak
orang yang percaya begitu saja padanya, tanpa disertai sikap kritis sama
sekali. Apakah setiap orang yang memiliki fisik yang baik dan sehat,
otomatis jiwanya menjadi baik dan sehat pula?
Tidak ada penjelasan
ilmiah sama sekali yang mendukung “kebenaran” semboyan ini. Justru
banyak orang yang berfisik sehat dan kuat, namun jiwa mereka kotor (suka
iri, dengki, pendendam, dan sebagainya), atau hidup mereka penuh dengan
kegiatan maksiat. Dalam buku postmodernisme, di sana disebutkan bahwa
falsafah Yunani saat ini demikian merasuki budaya hampir seluruh umat
manusia. Dalam falsafah Yunani, unsur fisik manusia menempati posisi
yang amat terhormat, bahkan lebih terhormat dari unsur spiritual.
Kita
bisa mengumpulkan sejumlah fakta mengenai hal ini. Olimpiade (pesta
olahraga sedunia) misalnya, berasal dari budaya Yunani. Stadion olahraga
dan gymnasium pun berakar dari budaya Yunani. Kini, implementasi budaya
Yunani ini dapat kita saksikan dari maraknya kegiatan kontes
kecantikan, pemberian gelar “Pahlawan Bangsa” bagi para olahragawan yang
berprestasi, dan masih banyak lagi.
Memang, Islam sama sekali tidak
anti olahraga. Setiap orang tentu senang jika memiliki tubuh yang sehat,
kuat, tak mudah terserang penyakit. Namun janganlah faktor fisik
terlalu diagung-agungkan, seolah-olah tak ada yang lebih penting di
dunia ini ketimbang kesehatan, keindahan, dan kekuatan fisik. Kita perlu
menjaga kesehatan dan kekuatan fisik, yang tujuannya agar aktivitas
ibadah kita semakin lancar. Jadi kita berolah raga pun diniatkan untuk
ibadah
Orang yang selalu tawakal, berpikiran positif, dan selalu
menjaga kesucian hatinya, Insya Allah pikirannya akan tenang, aliran
darahnya lancar, dan jantungnya berdetak dengan normal. Sementara orang
yang suka negative thinking, pendendam, iri, gampang emosi, jantungnya
sering berdebar-debar, maka perasaannya jadi gelisah, dan metabolisme
tubuhnya menjadi tidak teratur. Kondisi ini merupakan lahan subur bagi
berkembangnya berbagai jenis penyakit. Kalau mau bukti, coba rasakan
bagaimana kondisi tubuh Anda ketika Anda marah atau membenci seseorang.
Rasakan bagaimana debaran jantung dan aliran darah Anda. Coba bandingkan
dengan situasi ketika Anda tenang, tawakal, dan bersabar.
Jadi jelas
bahwa kesehatan jiwalah yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik
(bukan sebaliknya, sebagaimana tercermin pada semboyan Yunani Kuno di
atas). Memang, jiwa yang sehat tidak bisa menjamin seratus persen bahwa
fisik kita pun akan selalu sehat. Punya pikiran sehat tapi makanannya
mengandung banyak kuman, dan rumah kotor tidak terawat, ya tetap saja
tidak sehat. Tapi setidaknya, dengan menjaga kesehatan dan kesucian jiwa
kita, Insya Allah dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kekuatan
fisik kita.
KESIMPULAN
Dengan menerapkan konsep hidup sehat
menurut Islam ini, kita mampu menjadikannya sebagai pedoman dan terapi
dalam upaya bersama untuk menyehatkan lingkungan.
Selain itu, juga
untuk mempertahankan kesehatan diri dan meningkatkan kualitas hidup
pribadi secara sempurna, sebagai bagian integral dari upaya menyehatkan
bangsa menyongsong persaingan kualitas manusia pada abad ke-21 ini.
Karena, bukanlah bangsa yang sehat dan kuat akan kita peroleh dari
kesehatan dan kekuatan individu-individu anggota masyarakatnya sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar